KOPENHAGEN - Sebuah spesies semut yang biasa berdomisili di wilayah Laut Hitam kini mulai menyerbu ke lebih dari 100 wilayah bagian di Eropa. Bahkan pergerakannya saat ini sedang menuju barat dan Asia.
Menurut para ilmuwan, jika spesies semut super ini tidak dihalau maka mereka akan terus melaju ke wilayah-wilayah lain seperti Jerman, Skandinavia dan Inggris Raya. Bahkan tidak lama lagi, aksi mereka akan menginvasi seluruh belahan bumi.
Serangga super tersebut diketahui bernama Lasius Neglectus, spesies semut yang rela membunuh sesama semut lainnya untuk bisa menguasai wilayah baru. Bahkan disinyalir, spesies yang ditemukan pertama kali pada tahun 1990 di Hungaria ini, telah berhasil memasuki wilayah Asia.
“Penyebarannya yang secara merata di wilayah Eropa dan Asia merupakan bukti nyata bahwa serangga ini merupakan bahaya yang akan mengancam seluruh wilayah di dunia,” ujar salah satu ilmuwan, seperti dikutip melaluiLive Science, Kamis (4/12/2008).
Perkembangan spesies yang begitu pesat ini dikarenakan semut merupakan hewan yang mampu beradaptasi. Semut urban, misalnya, mereka memiliki kemampuan beradaptasi dengan panas yang menyengat sehingga mereka bisa hidup di kota-kota.
Ilmuwan memprediksi terdapat sekira 20.000 spesies semut berbeda di dunia. Bahkan jumlah semut yang ada di Amazon diprediksi empat kali lipat lebih banyak ketimbang jumlah hewan seperti burung, reptil, mamalia dan amfibi, yang ada di sana.
Ketika semut-semut tersebut menempati lokasi baru maka saat itu pula aksi mereka akan terlihat sangat agresif, bahkan cenderung merusak komunitas flora dan fauna di daerah tersebut.
Lasius Neglectus memiliki ciri-ciri yang sama dengan semut hitam yang biasa berdiam di kebun namun koloni yang dihimpunnya mampu mencapai 100 kali lipat dari koloni semut biasa. Bahkan kehadirannya cenderung membuat semut-semut lain harus menyingkir.
“Ketika saya melihat semut ini pertama kali, saya sempat tidak percaya kalau ada semut kebun dalam jumlah yang banyak seperti ini. Bahkan mereka hidup dengan kerja sama yang lebih baik tanpa memiliki kemampuan untuk terbang,” ujar peneliti asal Universitas Kopenhagen Jacobus J Boomsma.
“Ke depan, akan ada lebih banyak invasi lagi dari semut-semut itu. Kini saatnya kita mulai mempelajari tentang biologi mereka,” ujar ilmuwan yang mengkoordinasikan progran invasi semut ini di Kopenhagen, Jes S Pedersen (srn)