Black Hole

Misteri lubang hitam yang bertebaran di jagad raya dikatakan hampir mirip dengan konsep rentetan kejadian-kejadian aneh nan misterius yang terjadi di kawasan Segitiga Bermuda . Tapi berbeda dengan kasus-kasus di Segitiga Bermuda yang rata-rata menelan kapal laut maupun pesawat terbang, lubang hitam itu bisa dikatakan lebih hebat lagi, ia digambarkan berbentuk lubang gravitasi yang ukurannya dapat lebih luas/besar daripada matahari, serta ia mampu menarik dan menelan apa saja yang berada didekatnya, termasuk planet-planet.



Bahkan partikel cahayapun tidak mampu untuk meloloskan diri dari tarikan gravitasi lubang hitam yang super dasyat. Misteri yang menyelubungi terjadinya fenomena lubang hitam bagaimanapun juga hanya mampu dikaji dari jauh, lantaran kemampuan sains dan teknologi manusia masih belum mampu membawa mereka menghampiri lubang itu.
Teori lubang hitam dikemukakan lebih dua ratus tahun lalu. Pada 1783, ilmuwan Barat, John Mitchell mencetuskan teori mengenai kemungkinan wujudnya sebuah lubang hitam setelah beliau meneliti dan mengkaji teori gravitasi Isaac Newton. Beliau berpendapat, jika objek yang dilemparkan tegak lurus ke atas, maka ia akan terlepas dari pengaruh gravitasi Bumi setelah mencapai kecepatan lebih dari 11 kilometer perdetik, maka tentu ada planet atau bintang lain yang memiliki gravitasi lebih besar daripada Bumi. Istilah 'lubang hitam' pertama kali digunakan oleh ahli fisika Amerika Serikat, John Archibald Wheeler pada 1968. Wheeler memberi nama demikian kerana lubang hitam tidak dapat dilihat, kerana cahaya turut tertarik ke dalamnya sehingga kawasan disekitarnya menjadi gelap. Menurut teori evolusi bintang, lubang hitam berasal dari sejenis bintang biru yang memiliki suhu permukaan lebih dari 25,000 derajat celcius. Ketika pembakaran hidrogen di bintang biru yang memakan waktu kira-kira 10 juta tahun selesai, ia menjadi bintang biru raksasa. Kemudian, bintang itu menjadi dingin dan menjadi bintang merah raksasa. Dalam fase itulah, akibat tarikan gravitasi-nya sendiri, bintang merah raksasa mengalami ledakan dahsyat atau disebut dengan Supernova dan menghasilkan dua jenis bintang yaitu bintang Netron dan lubang hitam.
Supernova Pengamatan dari teleskop sinar-X ruang angkasa selama lebih dari satu dekade menunjukkan kekuatan tarikan gravitasi lubang hitam menyebabkan banyak bintang yang hancur dan ditelan olehnya. Ahli-ahli astronomi sudah berhasil mengamati bagaimana proses lubang hitam menyedot gas yang berterbangan di sekitarnya. Gas yang disedot itu menjadi panas sehingga memancarkan radiasi dalam berbagai panjang gelombang, mulai dari gelombang radio hingga gelombang sinar-X. Berdasarkan pengamatan ahli-ahli astronomi dari Max Planck Institute for Extraterrestrial Physics , Jerman , pernah menyaksikan sebuah bintang yang mendekati lubang hitam raksasa dan akhirnya lenyap ditelan. Lubang hitam raksasa yang berhasil disaksikan tersebut berada di pusat galaksi RX J1242-11 yang berjarak 700 juta tahun cahaya dari Bumi. Bintang itu memiliki ukuran sebesar Matahari sistem tata surya kita.



Bintang tersebut hancur sedikit demi sedikit dan ditarik ke dalam lubang selama beberapa hari. Pada tahap awal, ia kehilangan gas-gas yang berada di sekelilingnya. Setelah itu, bintang tersebut menjadi lebih panas jutaan darajat celcius dan ahirnya hilang ditelan lubang hitam. Dalam proses itu, ia melepaskan tenaga yang sangat kuat yaitu setara dengan tenaga yang dihasilkan pada ledakan Supernova. Ahli astronomi dapat memperkirakan kedudukan lubang hitam dengan cara memperhatikan cahaya di sekitar bintang ataupun gas di angkasa. Apabila suatu tempat di angkasa luar tidak ditemui cahaya tetapi di sekitarnya terdapat banyak objek-objek angkasa menuju ke satu titik dengan kecepatan tinggi sebelum ahirnya menghilang, maka titik tersebut tidak lain adalah lubang hitam.
Terdapat banyak lubang hitam di seluruh semesta ini, malah ada teori yang mengatakan di galaksi Bima Sakti juga terdapat sebuah lubang hitam! Lalu adakah kemungkinan jika nantinya matahari beserta planet-planet yang mengelilinginya termasuk bumi akan tertelan oleh lubang hitam tersebut? Saat ini, ahli astronomi memberikan jawaban, tidak kerana dibandingkan dengan Lubang hitam pada galaksi lain-nya, sifat lubang hitam di Galaksi Bima Sakti dikatakan sedang dalam keadaan tenang.
Misteri yang menyelubungi lubang hitam akan terus menarik minat para ahli astronomi untuk terus meneliti-nya sehingga mendapatkan suatu jawaban yang memuaskan. Selagi manusia belum mampu menjelajah jauh ke luar angkasa, maka jawaban itu gagal diperoleh dan berbagai teori tanpa bukti akan terus dikemukakan untuk memecahkan misteri alam semesta ini. *Untuk penjelasan lebih lengkap dan mendetail mengenai Lubang hitam, silakan teman-teman berkunjung ke sini
ps : Semua yang saya uraikan diatas merupakan teori Black Hole sebelum direvisi oleh Stephen Hawking beberapa waktu yang lalu , untuk edisi revisi-nya silakan teman-teman cari sendiri di Internet , trims ^^

Mesin Waktu, Mungkinkah?

Mungkinkah waktu berjalan mundur? ataukah waktu hanya berlalu sekali dalam hidup kita? Sekali kita melaluinya, maka akan menjadi sejarah masa lampau yang tak mungkin kita mengubahnya kembali. Jika benar ada mesin waktu yang mampu mengirimkan kita ke masa lampau, tentunya kita semua mempunyai sebuah keinginan untuk mengunjungi beberapa zaman yang mungkin sekarang hanya kita dengar lewat buku-buku sejarah.
Tapi benarkah suatu saat manusia berhasil menciptakan mesin waktu? yup, pertanyaan ini tentu saja sulit untuk diperoleh jawaban yang memuaskan.
Sebelum banyak orang mengerti teori relativitas umum Einsten, perjalan waktu sering dikait-kaitkan dengan hal2 ghaib, mistik, dan sihir. Sebagai contoh, dalam Epik Si Yeou Ki (atau yang lebih dikenal dengan Kera Sakti kalau di Indonesia), Pat Kay (Si Siluman Babi) sewaktu berstatus dewa, kembali kemasa lalu untuk memikat hati seorang Dewi. Tapi kasihan yah, usahanya selalu gagal. Cerita tsb disusun menjadi sebuah buku sekitar tahun 1550 Masehi, jelas ini tidak ditulis berdasarkan teori relativitas umum Einstein yang baru dipublikasikan tahun 1915. Prinsip kembali ke masa lalu adalah dengan masuk ke lorong waktu yg lebih lambat dari waktu yg lebih cepat. Perbedaan waktu tsb melempar segala sesuatu ke masa lalu.
Seperti diungkap dalam teori lubang cacing (atau istilah bekennya Worm Hole) yang sangat populer akhir2 ini, tentu saja kita tidak dapat mundur lebih jauh sebelum tercipta gerbang waktu antara kedua kecepatan waktu yang berbeda tsb. Salah satu bentuk dari mesin waktu seperti ini adalah terowongan yg menghubungkan dua buah atau lebih black hole.Pada tahun 1957, Jhon Wheeler menyebut terowongan ini dengan istilah lubang cacing (Worm Hole).Lebih jauh mengenai Worm Hole,click disini
Ide menggunakan black hole dalam teori Wheeler tsb sebenarnya tidak cukup aman. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa orang yang mendekati black hole harus sangat elastis atau akan tercabik-cabik dan hancur oleh tarikan gravitasinya yg dasyat. Batas ketahanan tubuh fisik manusia normal adalah tujuh kali gravitasi bumi, diatas nilai ambang tsb maka fungsi organ tubuh akan terpengaruh. Lalu, supaya perjalan waktu ini lebih aman, digunakanlah ide untuk menggunakan zarah yang dapat mengurangi efek tarikan gravitasi, sehingga orang yg hendak berjalan melintasi waktu berada pada daerah dengan gravitasi yang aman. Penemuan paling mutahir menunjukkan bahwa black hole juga dapat muncul pada level zarah2 subatomik. Tentu saja implementasinya untuk mesin waktu jauh lebih sulit karena tubuh manusia harus dipecah2, dikirim, dan kemudian disusun kembali di tempat tujuan.
Berdasarkan penemuan tsb, Michael Crichton, penulis Jurasic Park, menulis sebuah karya dalam bentuk novel fiksi ilmiah berjudul Timeline yg terbit pada tahun 1999. Jika, andaikata (andaikata lho ya), kita berhasil menciptakan mesin waktu, trus kita kembali ke masa lalu, kemudian kita membunuh (amit2) orang tua kita sebelum kita dilahirkan, apakah sejarah akan berubah? Jika sejarah berubah, tentu kita tidak pernah akan lahir di Dunia ini dan tidak mungkin kembali kemasa lalu untuk membunuh orang tua kita sendiri. Secara keseluruhan, pertanyaan tsb menjadi tidak benar dan menjadi sebuah paradoks. Untuk menjawab permasalah tsb, para fisikawan memiliki dua pendapat Pertama, Sejarahlah yg konsisten, apapun yang kita lakukan setelah kembali ke masa lalu, kita tidak akan bisa mengubah sejarah. Kedua, Ada dunia lain yg bersifat paralel dengan dunia kita, yang mempunyai sejarah alternatif. Apapun yg kita lakukan pada dunia yg kita kunjungi tsb tidak mengubah sejarah pada dunia asal kita.
Para fisikawan barat cenderung setuju dengan sejarah alternatif, krn mereka percaya bahwa semua orang mempunyai kebebasan bertindak sehingga tidak terpengaruh oleh nasib yg digariskan.


Salah satu Ekspresimen Mesin Waktu dengan Manusia yang dilakukan oleh DR Vadin A Cernobrov dari Rusia.Ekpresimen ini kurang berhasil dikarenakan kekurangan energi untuk mengoperasikannya

Sikap pesimis ditunjukkan oleh ilmuwan yg dianggap paling brilian setelah Albert Einstein, yaitu Stephen Hawking. Dalam catatan kuliah publiknya beliau mengatakan, "Jika di masa depan manusia dapat kembali ke masa lalu, kenapa kita tidak pernah menemukan satu pun penjelajah waktu tsb?' Meskipun nantinya kita berhasil menciptakan mesin waktu, kita masih mempunyai satu kendala lagi, yaitu keterbatasan energi yg digunakan untuk mengoprasikan mesin waktu itu sendiri :) Sampai saat ini permasalahan kebutuhan jumlah energi yg sangat besar utk mesin waktu blm sepenuhnya terpecahkan.
seperti yang aku paparkan pada artikelku yang berjudul "Benarkah Manusia Pernah Hidup Bersama Dinosaurus". Benarkah mereka-mereka ini manusia modern yang berkunjung kembali ke Zaman Jura dengan menggunakan mesin waktu?dan mungkinkan mesin waktu benar-benar berhasil diciptakan dengan sempurna oleh manusia pada suatu saat nanti?


Mungkinkah waktu berjalan mundur?ataukah waktu hanya berlalu sekali dalam hidup kita? Sekali kita melaluinya,maka akan menjadi sejarah masa lampau yang tak mungkin kita mengubahnya kembali.
Jika benar ada mesin waktu yang mampu mengirimkan kita ke masa lampau , tentunya kita semua mempunyai sebuah keinginan untuk mengunjungi beberapa zaman yang mungkin sekarang hanya kita dengar lewat buku-buku sejarah. Tapi benarkah suatu saat manusia berhasil menciptakan mesin waktu?yup, pertanyaan ini tentu saja sulit untuk diperoleh jawaban yang memuaskan.
Sebelum banyak orang mengerti teori relativitas umum Einsten,perjalan waktu sering dikait-kaitkan dengan hal2 ghaib , mistik , dan sihir. Sebagai contoh,dalam Epik Si Yeou Ki (atau yang lebih dikenal dengan Kera Sakti kalau di Indonesia) , Pat Kay (Si Siluman Babi) sewaktu berstatus dewa,kembali kemasa lalu untuk memikat hati seorang Dewi.Tapi kasihan yah,usahanya selalu gagal.
Cerita tsb disusun menjadi sebuah buku sekitar tahun 1550 Masehi , jelas ini tidak ditulis berdasarkan teori relativitas umum Einstein yang baru dipublikasikan tahun 1915. Prinsip kembali ke masa lalu adalah dengan masuk ke lorong waktu yg lebih lambat dari waktu yg lebih cepat.Perbedaan waktu tsb melempar segala sesuatu ke masa lalu.
Seperti diungkap dalam teori lubang cacing (atau istilah bekennya Worm Hole) yang sangat populer akhir2 ini, tentu saja kita tidak dapat mundur lebih jauh sebelum tercipta gerbang waktu antara kedua kecepatan waktu yang berbeda tsb. Salah satu bentuk dari mesin waktu seperti ini adalah terowongan yg menghubungkan dua buah atau lebih black hole.Pada tahun 1957 , Jhon Wheeler menyebut terowongan ini dengan istilah lubang cacing (Worm Hole).
Ide menggunakan black hole dalam teori Wheeler tsb sebenarnya tidak cukup aman.Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa orang yang mendekati black hole harus sangat elastis atau akan tercabik-cabik dan hancur oleh tarikan gravitasinya yg dasyat. Batas ketahanan tubuh fisik manusia normal adalah tujuh kali gravitasi bumi , diatas nilai ambang tsb maka fungsi organ tubuh akan terpengaruh.
Lalu, supaya perjalan waktu ini lebih aman , digunakanlah ide untuk menggunakan zarah yang dapat mengurangi efek tarikan gravitasi , sehingga orang yg hendak berjalan melintasi waktu berada pada daerah dengan gravitasi yang aman. Penemuan paling mutahir menunjukkan bahwa black hole juga dapat muncul pada level zarah2 subatomik.Tentu saja implementasinya untuk mesin waktu jauh lebih sulit karena tubuh manusia harus dipecah2 , dikirim , dan kemudian disusun kembali di tempat tujuan.
Berdasarkan penemuan tsb , Michael Crichton , penulis Jurasic Park , menulis sebuah karya dalam bentuk novel fiksi ilmiah berjudul Timeline yg terbit pada tahun 1999.
Jika , andaikata (andaikata lho ya) , kita berhasil menciptakan mesin waktu , trus kita kembali ke masa lalu ,kemudian kita membunuh (amit2) orang tua kita sebelum kita dilahirkan , apakah sejarah akan berubah?
Jika sejarah berubah , tentu kita tidak pernah akan lahir di Dunia fana ini dan tidak mungkin kembali kemasa lalu untuk membunuh orang tua kita sendiri.Secara keseluruhan , pertanyaan tsb menjadi tidak benar dan menjadi sebuah paradoks. Untuk menjawab permasalah tsb,para fisikawan memiliki dua pendapat , Pertama,Sejarahlah yg konsisten , apapun yang kita lakukan setelah kembali ke masa lalu , kita tidak akan bisa mengubah sejarah.
Kedua, Ada dunia lain yg bersifat paralel dengan dunia kita , yang mempunyai sejarah alternatif.Apapun yg kita lakukan pada dunia yg kita kunjungi tsb tidak mengubah sejarah pada dunia asal kita.
Para fisikawan barat cenderung setuju dengan sejarah alternatif , krn mereka percaya bahwa semua orang mempunyai kebebasan bertindak sehingga tidak terpengaruh oleh nasib yg digariskan.
Salah satu Ekspresimen Mesin Waktu dengan Manusia yang dilakukan oleh DR Vadin A Cernobrov dari Rusia.Ekpresimen ini kurang berhasil dikarenakan kekurangan energi untuk mengoperasikannya Sikap pesimis ditunjukkan oleh ilmuwan yg dianggap paling brilian setelah Albert Einstein , yaitu Stephen Hawking.Dalam catatan kuliah publiknya beliau mengatakan, "Jika di masa depan manusia dapat kembali ke masa lalu , kenapa kita tidak pernah menemukan satu pun penjelajah waktu tsb?'
Aku rasa Hawking terlalu cepat mengambil kesimpulan atas hal ini , Mungkin beliau belum mengetahui beberapa perkembangan hasil penemuan dan penggalian arkeologi pada beberpa dasawarsa terakhir.
Beberapa fosil,seperti yang aku contohkan pada artikel "Benarkah Manusia Pernah Hidup Bersama Dinosaurus", serta temuan membingungkan lainnya,mungkin itu bisa menjadi suatu bahan pemikiran baru bagi beliau.
Namun,meskipun nantinya kita berhasil menciptakan mesin waktu , kita masih mempunyai satu kendala lagi , yaitu keterbatasan energi yg digunakan untuk mengoprasikan mesin waktu itu sendiri :) Sampai saat ini permasalahan kebutuhan jumlah energi yg sangat besar utk mesin waktu belum sepenuhnya terpecahkan.

Logika Pembangunan Piramida Khufu

Piramida Besar Khufu di Giza, Mesir dibangun untuk makam Pharaoh Khufu (Cheops), yang memerintah dari 2590 - 2567 SM. Piramida dengan tinggi 146 m, kira-kira setinggi pencakar langit bertingkat 45.
Bangunan ini membutuhkan 2.300.000 batu untuk menutupi lahan seluas 5,3 ha. Stiap sisi-nya memiliki panjang 230 m. Setiap batu memiliki volume 1 kubik meter, dan berat beberapa ton. Bagaimana mungkin manusia dapat membangun struktur yang begitu besar, apalagi Peradaban Mesir kuno pada saat itu belum mengenal dengan yang namanya roda?
Lalu bagaimana jika mereka menggunakan kayu gelondongan untuk mempermudah memindahkan batu-batu maha berat itu? Jawabannya tidak masuk akal. Orang-orang Mesir kuno tak akan pernah menebangi pohon yang jumlahnya hanya sedikit itu, apalagi untuk dijadikan kayu gelondongan sebagai sarana untuk mempermudah memindahkan batu. Karena pohon-pohon di sana umumnya adalah pohon kurma yang buahnya diperlukan untuk pangan, sedangkan pohon dan daunnya adalah satu-satunya peneduh untuk melindungi tanah dari kekeringan. Tetapi dari pernyataan di atas tentu mereka harus pernah memiliki kayu gelondongan, sebab jika tidak maka tidak akan didapat penjelasan teknik sekalipun yang selemah-lemahnya tentang pembangunan piramida-piramida itu.

Apakah kayu untuk keperluan itu diimpornya? tentu saja tidak mungkin. Untuk mengimpor kayu diperlukan armada kapal pengangkut yang cukup besar. Setelah kayu itu dibongkar di pelabuhan Alexandria, masih perlu diangkut lagi melalui sungai Nil ke Kairo. Oleh karena Mesir pada waktu membangun piramida besar tidak mempunyai kuda dan gerobak, maka tak ada kemungkinan lain. Gerobak dan kuda tak dikenal orang di Mesir sampai dinasti ke tujuh belas kira-kira tahun 1600 sebelum masehi. Jadi masalahnya sekarang ialah penjelasan yang meyakinkan tentang pengangkutan balok batu itu. Para sarjana tentu akan mengatakan bahwa gelondongan-gelondongan kayu memang dibutuhkan.


Namun belakangan ini, banyak teori yang cukup "gila" bermunculan untuk meyingkap bagaimana sebenarnya piramida besar itu dibangun. Dua teori yang cukup "nyeleneh" menurut pendapat-ku pribadi adalah pernyataan yang menyebutkan bahwa manusia raksasa-lah yang mengangkut dan menyusun batu-batu maha berat itu. Teori lainnya yang juga cukup mengejutkan adalah adanya campur tangan makhuluk asing dalam proses pembangunannya.
Bagaimanapun juga, masih cukup banyak penjelasan yang lebih ilmiah untuk menjelaskan bagaimana proses pengangukatan batu-batu tersebut oleh para pekerja. Ini lebih baik daripada kita harus mempercayai mitos bahwa segerombolan Alien yang datang ke bumi, lalu dengan pesawat UFO-nya itu bergiliran mengangukut batu-batu untuk keperluan pembangunan. Atau mitos manusia raksasa setinggi antara 7- 9 meter yang berbondong-bondong datang ke Giza setelah disewa oleh Fir'aun Mesir sebagai kuli bangunan.
Tahun 1996, Stuart Kirkland Weir menulis sebuah artikel tentang pembangunan piramida dari sudut pandang energi, di dalam Cambridge Archaeological Journal. Ini adalah penelitian gerak dan waktu yang gamblang. Ia meneliti seberapa banyak energi yang dapat dikeluarkan oleh satu orang dalam sehari, dan seberapa banyak energi potensial yang ada di dalam lebih kurang tujuh juta ton batu tersebut. Energi potensial yang dimaksud adalah energi ekstra yang diperoleh sebuah benda ketika kita mengangkatnya dari tanah. Ia menemukan bahwa dalam konteks hari kerja, Piramida Besar membutuhkan sekitar 10 juta hari orang, atau 1.250 orang selama 8.400 hari atau 23 tahun. Jika anda menghitung hari libur, kecelakaan, dan masalah yang berkaitan dengan friksi, sebuah angkatan kerja yang sekitar delapan kali lebih besar (katakanlah 10.000 orang, yakni kurang dari 1% penduduk Mesir pada saat itu) dan bekerja selama seperempat abad akan memiliki waktu untuk menuntaskan pembangunan ini.
Sejarawan Yunani, Herodetus, menulis bahwa kekuatan pembangunan piramida melibatkan 100.000 orang. Disisi lain, ia bisa salah karena ia menulis sekitar 2000 tahun sesudah piramida Mesir dibangun. Di sisi lain, 100.000 akan membuat pekerjaan ia lebih mudah. Dan 100.000 orang berarti 10% populasi, sehingga mengurangi pengangguran dan kerusuhan sosial.
Piramida besar tidaklah terlalu sempurna. Sisi-sisinya berbeda panjang sekitar 18 cm. Piramida ini ridak tegak tetapi sedikit miring pada sudut tenggara. Para arkeolog akhirnya menemukan tambang tempat batu-batu tersebut berasal dan sisa-sisa jalan landai untuk membawa batu-batu itu ke tingkat atas piramida. Sebuah gambar di dinding makam raja dinasti ke-12, Djehutihotep, menunjukkan proses ini dalam beberapa detail. Gambar itu berupa patung raksasa Djehutihotep seberat 60 ton dan tinggi 5 meter yang ditempatkan di atas sebuah wadah besar . Ada empat baris pekerja, 172 orang menarik kuat tali-tali yang terikat pada tepi wadah tersebut. Di bagian depan wadah, ada seorang pria berdiri di atas kaki patung, menuang sejenis cairan pelumas ke bawah wadah itu agar dapat bergerak maju. Dan tentu saja, disana ada sang bos, duduk nyaman di lutut patung, mungkin memberi perintah kepada para pekerja di bawahnya.
Kombinasi dari 60 ton dan 172 pekerja, masing-masing menarik sekitar 330 Kg. Rekontruksi modern menunjukkan bahwa jika menggunakan pelumas, adalah mudah untuk mendapatkan koefisien gesekan sebesar 0,1. Ini berarti setiap orang hanya menarik sekitar 33 kg, angka yang cukup masuk akal bukan?
Dan pada akhirnya, para arkeolog baru saja mulai menemukan sebuah kota yang mengirimkan pekerja yang membangun Piramida Besar. Mereka menemukan jalan, rumah, makam, toko roti, dan semua infrastuktur yang diperlukan untuk mendukung 20.000 penduduk yang sering berpindah.
Edgar Cayce, Spiritualis terkenal Amerika yang menyebut dirinya cenayang, mengatakan bahwa piramida dibangun pada 10.500 SM oleh peradaban yang lebih maju, yang kemudian menyembunyikan rahasia mereka di dalam "Ruang Rahasia" yang tidak dapat ditemukan, dibawah kaki depan Sphinx, dan kemudian hilang. Ia mungkin benar, piramida dibangun oleh peradan yang lebih maju. Tapi bukan berarti harus dihubungkan-hubungkan dengan alien , sebab perandaban Mesir kuno itu juga bisa dibilang peradaban maju.

Wisata Antar Bintang

Star Trek, adakah diantara teman-teman yang tidak mengenal serial televisi bertemakan Fiksi Ilmiah paling legendaris sepanjang masa ini? saya rasa tidak. Serial yang bertemakan Sci-fi ini bercerita mengenai kehidupan manusia di masa depan bersama-sama dengan spesies dari planet dan tata surya lain ( kalau tidak salah setting-nya di abad 24, CMIIW). Dalam seri pertamanya yang dikenal sebagai Star Trek : The Original Series, dikisahkan tentang petualangan pesawat ruang angkasa USS Enterprise (NCC-1701) dalam petualangan menjelajah ruang angkasa, mengunjungi planet-planet asing di beberapa konstelasi bintang yang berjarak ribuan tahun cahaya.
Serial Star Trek pertama yang saya saksikan adalah seri Voyager, menggambarkan perjalanan pesawat ruang angkasa USS Voyager NCC-74656 dengan kapten Kathryn Janeway (Kate Mulgrew) yang terlempar ke kuadran delta (yaitu perempat bagian lain dari galaksi bima sakti) oleh suatu kekuatan alien dan mencari jalan kembali ke bumi. Kesannya, pertamakali menyaksikan serial ini saya langsung kesengsem. Konsepnya benar-benar berbeda dari film bertemakan sci-fi lainnya. Yang membuat saya kagum dari serial ini adalah sebuah konsep mengenai wisata/penjelajahan antar bintang-nya, dimana dengan memanfaatkan worm hole (lubang cacing), pesawat ruang angkasa mereka dapat begitu cepat dapat sampai ke suatu konstelasi bintang yang jaraknya sangat-sangat jauh dari tata surya kita. Sedikit membayangkan, mungkinkah wisata seperti ini dapat kita lakukukan dikemudian hari? lalu, kira-kira bagaimana caranya? apakah worm hole benar-benar dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut? atau adakah alternatif cara lainnya?

Dari sebuah buku yang pernah saya baca berjudul : Fisika Modern Menyingkap Misteri Lubang Hitam, karya Yusman W, M.si (saya beli di Gramedia Yogya tahun lalu), dipaparkan suatu konsep Fisika Modern mengenai permasalahan ini. Sebagaimana juga dipaparkan oleh Anwar Effendie dalam suatu bukunya, nampaknya apa yang sedang diselidiki Mellor dan Moss adalah suatu usaha untuk membuka sensor langit. Bila persoalan ini berhasil mereka pecahkan, maka erosfer dapat dimanfaatkan sebagai lorong waktu untuk mencapai tempat-tempat jauh yang dituju tanpa harus mati terkurung dalam sangkar peristiwa. Karena kecepatan pusingan ruang di ergosfer melebihi kecepatan cahaya, dengan sendirinya waktu menjadi beku, dan kita dapat menjelajah ruang berjarak miliaran tahun cahaya hanya dalam waktu sekejap saja!

Perjalanan Menembus Waktu adalah puncak ilmu manusia, karena dalam masa hidup kita yang hanya puluhan atau ratusan tahun, kita akan mampu menjelajahi galaksi-galaksi yang jauh bukan hanya sekali, tetapi berulang kali!! mengagumkan bukan? Perjalanan ini telah diisyaratkan dalam Al-Qur'an sebagaimana kita temukan dalam surat Al-Hijr ayat 14: "Dan jika seandainya kami (telah) membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, maka (dengan mudahnya) kemudian mereka (akan dapat) naik terus-menerus ke atasnya."

Dengan adanya ayat ini jelas sekali bahwa selain perjalanan menembus langit dengan pesawat antariksa, sebagaimana yang diisyaratkan dalam surat Ar-Rahman ayat 33, masih ada cara lain yang "bebas hambatan". Bebas hambatan disini diartikan apabila pintu waktu telah ditembusnya. Sebab, kesulitannya justru pada awal pemberangkatannya karena harus menggunakan kepesatan cahaya untuk menembus ergosfer dan memperhitungkan pecahan badan pesawat yang harus menjadi korban memeasuki sangkar peristiwa.

Namun, sekali trik ilmu berhasil memecahkan dinding tenaga dahsyat yang menjadi pintu waktu tersebut, maka hambatan alam pun menjadi lenyap semuanya. Dikatakan trik ilmu, sebab secara wajar mustahil akan mampu mendobrak pintu waktu tersebut. Sama halnya seperti ketika abad antariksa dimulai pada tahun 1958. Sebenarnya, kemampuan teknologi pendorong roket masih terlalu lemah untuk dapat diluncurkan satelit atau pesawat dengan kecepatan 11 km/detik agar dapat lepas dari tarikan gravitasi bumi. Tetapi dengan cara menyusun beberapa pendorong ternyata manusia dapat mengatasi hambatannya.


Hambatan terbesar dalam mendobrak pintu waktu tersebut adalah ketahanan badan pesawat yang harus mampu bertahan terhadap guncangan maha dasyat dan tidak samapi robek dan hancur. Cara yang paling wajar adalah dengan membuat beberapa lapis badan pesawat dari bahan berketahanan tinggi, sehingga jika lapis terluar terobek hancur, masih ada lapis-lapis lainnya yang akan dijadikan korban secara bertahap, dan dua lapis terakhir yang akan pecah dua, yang luar untuk melawan pusingan ergosfer dan yang dalam adalah pesawat yang sebenarnya untuk menjelajah langit. Dapat juga dengan roket pendorong bersusun seperti teknologi roket sekarang. Roket pendorong terakhir adalah yang melawan pusingan ergosfer dan masuk ke sangkar peristiwa, sementara pesawatnya sendiri melesat ke depan.

Cara lain adalah dengan memproses bahan pesawat yang bersifat kenyal. Tetapi cara yang paling sesuai nampaknya adalah dengan menggunakan bahan anti benda. Dengan mempelajari sifat-sifat bahan tersebut menjadi benda wujud tampak atau semacam medan tenaga pengurung atau medan elektromagnet seperti dalam mesin-mesin pemercepat zarah. Teknologi pengurungan demikian sudah dimiliki oleh manusia di bumi, sehingga tidak akan terlalu sulit lagi dalam mempraktekannya. Yang masih harus di teliti antibendanya yang akan dijadikan sebagai bahan pesawat.
Bila zarah bertemu dengan antizarah, menurut teori pusingan elektron Dirac, mereka akan saling menghancurkan dan zarah itu akan dihisap ke dalam lubang dengan melepaskan tenaga tumbukan, dan zarah itu akan lenyap karena dia sudah berada dalam ruang tanpa waktu. Ini adalah celah-celah yang memungkinkan manusia dapat menembus waktu dengan selamat.

Bulan Diciptakan Oleh Manusia?


Planet Bulan?

Sejak Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, rasa misterius orang-orang terhadap bulan seakan-akan menurun. Dahulu, orang-orang berkumpul bersama di rumah saat hari raya pertengahan musim gugur, dan saat makan kue bulan, begitu menengadahkan kepala melihat rembulan di atas langit, dalam hati pasti merasa penasaran dan bingung. Penasarannya adalah dari mana sebenarnya bulan ini berasal? Dan bingung apa yang sebenarnya ada di atas bulan itu? Sastrawan pada masa Dinasti Song yaitu Su Dong Po dalam Sui Tiao Ge Tou paling bisa hanya menyuarakan rasa penasaran dan kerinduan bangsa China terhadap rembulan: Kapan adanya terang bulan? Dengan arak bertanya pada langit cerah. Tidak tahu di istana langit atas sana, hari ini tahun berapakah saat ini?

Setelah antariksawan mendarat di bulan, orang-orang tahu bahwa permukaan bulan adalah sebidang padang pasir tandus, diselimuti debu angkasa tak terhingga banyaknya, kosong melompong. Tetapi, tahukan Anda? Setelah mendarat di bulan, beberapa temuan baru yang didapatkan, malah membuat ilmuwan semakin bingung terhadap asal-usul bulan.
Saat ini pemahaman ilmuwan terhadap bulan telah melampaui imajinasi sebelum pendaratan di bulan pada waktu itu, bukti–bukti temuan ini bisa membuat pemikiran baru orang-orang terbuka, mengenal dan merenungkan kembali asal mula diri sendiri dan kehidupan, serta alam semesta.

Studi Awal

Sejak zaman dahulu, astronom setiap bangsa di dunia telah mengadakan pengamatan yang panjang terhadap bulan. Penampakan bulan yang mengembang bulat dan menyusut berbentuk sabit, selain menjadi obyek inspirasi penyair, lebih menjadi pedoman kerja penanaman sawah petani; penanggalan tradisional Tionghoa merupakan penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan, berperiode 28 hari sebagai patokan.

Pada masa lampau, orang-orang menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, bulan selalu mengarah pada kita dengan satu permukaan yang sama. Kenapa? Melalui pengamatan yang panjang, orang-orang mendapati bulan bisa berputar sendiri, dan periode perputarannya sendiri persis sama dengan periode perputarannya mengelilingi bumi. Maka, biar di mana pun posisi bulan berada, bulan yang kita lihat dari atas bumi pasti merupakan satu permukaan yang sama, bayang-bayang di atas bulan selalu sejenis yang serupa.
Orang-orang bahkan memperhatikan, ukuran bulan kelihatannya sama besar dengan matahari. Matahari dan bulan dirasakan sama besarnya, namun pada kenyataannya apakah sama besarnya? Orang dahulu acap kali berhasil mengamati suatu fenomena alam yang aneh, mereka menyebutnya dengan istilah dewa anjing menelan matahari, di saat itu akan ada benda langit berwarna hitam menutup total matahari, langit siang hari yang terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita, dipenuhi dengan kelap-kelip bintang, yaitu gerhana matahari total yang dikenal oleh ilmuwan sekarang ini. Pada saat gerhana matahari total, benda langit hitam yang kita lihat adalah bulan, ukuran bulan persis bisa menutupi matahari, artinya jika dilihat dari bumi, bulan dan matahari sama besarnya.
Belakangan astronom mendapati, bahwa jarak matahari ke bumi persis 395 kali lipat jarak bulan ke bumi, sedangkan diameter matahari juga persis 395 kali diameter bulan, maka dilihat dari bumi, bulan persis sama besarnya dengan matahari. Diameter bumi adalah 12.756 km, diameter bulan 3.467 km, dan diameter bulan adalah 27%-nya diameter bumi.
Benda langit yang berputar mengelilingi planet, oleh ilmuwan disebut sebagai satelit. Sembilan planet besar pada sistem tata surya semuanya memiliki satelitnya sendiri. Di antara 9 planet besar tersebut ada beberapa planet yang sangat besar, seperti misalnya planet Jupiter, planet Saturnus dan lain sebagainya, mereka juga memiliki satelit yang mengedarinya, diameter satelit
mereka sangat kecil dibanding planet itu sendiri. Maka, satelit yang besarnya seperti bulan, sangat unik di dalam sistem tata surya kita. Data-data yang kebetulan ini menyebabkan beberapa astronom mulai memikirkan sebuah masalah, yaitu apakah bulan terbentuk secara alami?

Bebatuan Bulan yang Lebih Tua
Setelah pesawat antariksa Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, dan mengambil contoh batuan dari atas permukaan bulan, melakukan berbagai pengujian, didapatkan data yang bisa dijadikan bahan analisa lebih mendalam terhadap struktur bulan.
Pertama-tama dibuat analisa usia terhadap bebatuan yang terkumpul, didapati bahwa usia bebatuan bulan sangat kuno, ada sejumlah besar usia bebatuan itu melampaui bebatuan yang paling kuno di atas bumi. Menurut statistik 99% usia bebatuan bulan melampaui 90% bebatuan kuno di atas bumi, usia yang berhasil dihitung adalah sebelum 4,3-4,6 miliar tahun. Ketika membuat analisa terhadap tanah permukaan bulan, didapati masa mereka lebih kuno lagi, ada beberapa yang bahkan lebih awal 1 miliar tahun dibanding usia bebatuan bulan, melampaui lebih
dari 5 miliar tahun. Saat ini waktu yang diprediksi ilmuwan atas terbentuknya sistem tata surya kurang lebih 5 miliar tahun lebih, mengapa bebatuan dan tanah di permukaan bulan sejarahnya bisa begitu panjang? Para ahli juga berpendapat bahwa sulit untuk menjelaskan.

Rongga pada Bulan
Pembuktian kabut bulan mungkin bisa menjelaskan struktur bulan. Astronot yang mendarat di bulan, ketika akan kembali ke bumi, meninggalkan permukaan bulan dengan mengendarai pesawat pendarat kembali ke kabin antariksa, setelah menyatu dengan pesawat antariksa, pesawat pendarat itu dibuang kembali ke permukaan bulan. Alat pengamat gempa yang dipasang pada jarak 72 km mencatat getaran pada permukaan bulan, getaran ini terus berlangsung lebih dari 15 menit, sama seperti martil memukul lonceng besar dengan sepenuh tenaga, getaran berlangsung dalam waktu yang lama baru hilang secara perlahan-lahan. Ambil sebuah contoh misalnya, ketika kita memukul sebuah besi berongga dengan sekuat tenaga, akan mengeluarkan getaran yang terus bergema, sedangkan ketika memukul besi padat, getaran hanya akan bertahan singkat, akan berhenti pada waktu yang tidak lama.
Gejala getaran yang terus berlangsung ini membuat ilmuwan mulai membayangkan apakah bulan itu berongga?
Ketika sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan dua macam gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal), sedangkan satunya lagi
adalah gelombang permukaan. Gelombang bujurâ adalah suatu gelombang tembusan, bisa menembus suatu benda, dari satu sisi permukaan melalui pusat benda dan disalurkan ke sisi lainnya. Dan gelombang permukaan, sama seperti namanya, hanya bisa menyampaikan pada permukaan yang sangat dangkal. Namun, instrumen kabut bulan yang dipasang di atas bulan, melalui catatan waktu yang panjang, sama sekali tidak berhasil mencatat atau merekam gelombang bujur, semuanya berupa gelombang permukaan. Dari gejala yang menakjubkan ini, ilmuwan membuktikan bahwa bulan itu berongga!

Berlapiskan Unsur Logam
Tidak tahu, apakah Anda memperhatikan, bila mengamati bulan pasti akan terlihat potongan bayangan yang hitam-hitam, dan itulah area bayangan hitam yang disebutkan oleh ilmuwan. Saat antariksawan mengambil bor listrik akan membuat sebuah lubang di sana, mereka mendapati bahwa itu adalah pekerjaan yang melelahkan, mengebor dalam waktu yang sangat lama, namun hanya bisa membuat lubang sedikit saja. Dan ini aneh rasanya, permukaan bulan bukankah semestinya terbentuk dari tanah dan bebatuan? Meskipun agak keras, namun tidak semestinya sampai tidak bisa masuk! Ketika dengan cermat dan teliti menganalisa struktur bentuk permukaan bulan pada area itu, ditemukan bahwa sebagian besar adalah suatu komposisi unsur logam yang sangat keras, yaitu unsur logam titanium yang digunakan untuk membuat pesawat antariksa. Pantas saja bisa demikian kerasnya. Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat dikatakan bagaikan sebuah bola logam yang berongga.
Dalam lubang kawah bulan terdapat lava dalam jumlah besar, ini tidak aneh, yang aneh adalah lava-lava ini mengandung sejumlah besar unsur logam yang sangat langka di bumi, misalnya titanium, kromium, itrium dll. Logam-logam ini semuanya sangat keras, tahan panas, anti-oksidasi. Ilmuwan menaksirkan, jika hendak melebur unsur-unsur logam ini, paling tidak suhunya harus di atas 2-3 ribu derajat, namun bulan adalah sebuah planet dingin yang mati kesepiandi langit, paling tidak selama 3 miliar tahun tidak ada aktivitas gunung berapi. Lalu bagaimana bulan bisa menghasilkan begitu banyak unsur logam yang membutuhkan suhu yang tinggi? Lagi pula, setelah ilmuwan menganalisa contoh tanah bulan seberat 380 kg yang dibawa oleh antariksawan, didapati ternyata mengandung besi dan titanium murni, ini adalah golongan tambang logam murni yang tidak akan ada secara alamiah. Ini menunjukkan bahwa logam-logam ini bukan terbentuk secara alamiah, melainkan hasil leburan manusia.
Penemuan ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sejak lama membuat bingung para ahli. Jumlah lubang kawah di atas permukaan bulan sangat banyak, namun anehnya, lubang-lubang ini sangat dangkal. Ilmuwan memperhitungkan, jika sebuah planet kecil yang berdiameter 16 km dengan kecepatan 50.000 km/jam terbentur dan hancur di atas bumi, maka akan mengakibatkan sebuah lubang besar dengan kedalaman berdiameter 4-5 kali lipatnya, artinya kedalamannya bisa mencapai 64-80 km. Dan sebuah lubang Kawah Gagrin yang merupakan kawah terdalam pada permukaan bulan, diameternya 300 km, namun kedalamannya hanya 6,4 km. Bila hitungan ilmuwan tidak ada kesalahan, bebatuan yang mengakibatkan lubang ini jika bertabrakan di atas bumi, akan mengakibatkan lubang besar yang paling tidak kedalamannya 1.200 km!
Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang demikian dangkal? Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan adalah lapisan kulit luar bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi logam keras di permukaan bulan yang ditemukan sebelumnya cukup untuk menjelaskan gejala semacam ini.

Bulan Diciptakan oleh Manusia?

Dua ilmuwan eks Uni Soviet dengan berani mengemukakan hipotesanya, menganggap bahwa bulan adalah sebuah kapal ruang angkasa yang telah mengalami perombakan. Dengan demikian, baru bisa secara sempurna menjelaskan dan menjawab berbagai macam gejala aneh yang ditinggalkan bulan untuk kita. Hipotesa ini sangat berani, dan juga cukup banyak menimbulkan perdebatan, saat ini sebagian besar ilmuwan masih belum berani mengakui teori ini. Namun, kenyataan yang tidak diperdebatkan adalah, bahwa bulan memang benar-benar bukan terbentuk secara alami. Bulan bagaikan mesin yang sangat akurat, setiap hari menghadap bumi dengan segi yang sama, juga persis sama besarnya dengan matahari kalau dilihat sepintas. Permukaan luar adalah sebuah lapisan paduan kulit logam yang tinggi tingkat kekerasannya, bisa menahan serangan bebatuan yang kepadatannya tinggi dalam jangka waktu yang panjang, dan tetap sempurna seperti bentuk semula. Jika merupakan sebuah benda langit alamiah, tidak seharusnya memiliki begitu banyak ciri khas yang dibuat manusia.
Diperkuat dengan bukti bulan seperti planet logam titanium berongga yang diciptakan manusia, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa bulan seyogianya dipasang dan diletakkan di atas oleh manusia, segala ciri khasnya sekaligus menunjukkan, bahwa bulan diciptkan manusia bumi pada waktu itu. Jika demikian, sebelum adanya bulan, langit malam hari di atas bumi seharusnya sangat gelap gulita. Jika waktu itu di atas bumi ada manusia, lalu pada malam hari dan di atas permukaan bumi yang luas, mereka sangat sulit melakukan aktivitas apa pun, maka pantas saja dirancang sebuah cermin yaitu bulan, untuk ditempatkan di atas langit. Maka wajah atau pemandangan bulan yang paling asli adalah sebuah bola metal, yang tingkat keterangan cahaya pada zaman dahulu pasti lebih terang dibanding sekarang, seiring dengan perjalanan waktu yang panjang, di bawah kondisi tidak adanya lapisan atmosfer, dan ditutupi sejumlah besar bebatuan kosmos serta debu sehingga menjadi seperti sekarang ini. Dan bila saat ini kita menganalisa permukaan bebatuan dan tanah bulan, tentu saja mendapati usianya lebih lama dari pada bumi, membuat adanya perasaan sedikit fantastis. Saat ini terhadap masalah yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berani diakui ilmuwan, bila kita melepaskan bingkai-bingkai pemikiran yang sempit, menganalisa secara rasional akan menemukan banyak sekali fenomena yang sulit untuk dijelaskan namun sebenarnya sangat mudah dipahami. Berdasarkan sejumlah besar bukti yang ditemukan ilmuwan sejak awal sudah bisa dipastikan bahwa bulan adalah ciptaan manusia, merupakan ciptaan manusia prasejarah, lalu mengapa tidak bisa mengambil kesimpulan terakhir? Sebab eksistensi manusia prasejarah, dapat dikatakan adalah merupakan pantangan ilmuwan, sebagian besar ilmuwan biar pun meneliti begitu banyak bukti dan teori yang tepat, namun saat menemui pandangan yang bertentangan dengan teori evolusi, maka siapa pun tidak berani mengemukakannya.

Padahal eksistensi manusia prasejarah yang memiliki peradaban yang sangat tinggi sudah ditunjukkan dalam penemuan-penemuan arkeologis belakangan ini. Sebagai contoh, penemuan tambang reaktor nuklir yang diperkirakan berusia 2 miliar tahun yang lalu di Republik Gabon, Afrika, yang lebih canggih dari pertambangan reaktor nulir zaman sekarang. Semangat yang menuntut kebenaran seyogianya merupakan prinsip tertinggi dalam penelitian ilmuwan, apabila kita telah melompat keluar dari bingkai-bingkai pemikiran pendahulu, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa di antara sejumlah besar penelitian ilmiah, akan terdapat sebuah lompatan yang sangat cepat.

Chichen Itza

Chichen Itza merupakan salah satu bagian dari 7 keajaiban dunia baru. Suatu tempat yang terletak di Yucatan, Meksiko ini merupakan sebuah situs purbakala peninggalan bangsa Maya paling populer dikunjungi oleh para wisatawan manca negara. Bangunan-bangunan yang terkenal dengan keindahan bentuk arsitekturnya tsb dibangun diantara 550-900 M oleh para Itza, salah satu kelompok suku bangsa Maya.
Namun entah mengapa pada abad ke-10 tempat ini ditinggalkan oleh mereka dan sejak saat itu bangsa Maya menghilang secara misterius.


Jika dilihat dari bentuk arsitekturnya, Bangunan-bangunan di kawasan Chichen Itza merupakan hasil alkulturasi seni arsitektur dari kebudayaan Maya dan Toltec. Toltec sendiri merupakan sebutan bagi bangsa yang mendiami suatu kawasan di Tollan, 45 KM utara Kota meksiko. Peradaban yang memuja Dewa Quetzalcoatl ini dipimpin oleh seorang penguasa bernama Mixcoatl yang mempunyai arti "Naga Awan". Menurut sejarah, Bangsa Toltec yang terkenal lebih kejam dari Bangsa Aztec, pernah menyerbu kawasan Chichen Itza disekitar tahun 800 M. Chihen Itza sendiri merupakan puing sisa peradaban Maya paling mengesankan yang masih bisa dinikmati keindahannya hingga saat ini. Terdapat beberapa bangunan menakjubkan peninggalan peradaban bangsa Maya disini, diantaranya Piramida Kukulkan (El Castillo) sebagai pusatnya, lalu terdapat pula bangunan yang digunakan sebagai Observatorium astronomi mereka yang dinamakan El Caracol, serta beberapa bangunan lainnya seperti Temple of Jaguar dan Temple of the Wariors.


Nama Chichen Itza berasal dari bahasa Maya yang berarti "Chi" mulut, "Chen" sumur ,dan "Itza" nama suku penghuni tempat itu sendiri. Puing sisa-sisa peradaban Maya di Amerika Tengah, seperti Chichen Itza, dulunya merupakan daerah perkotaan yang telah ditinggalkan oleh para Mayan jauh sebelum Cristoper Colombus untuk pertamakali Menginjakkkan kakinya di Benua Amerika. Piramida El Castillo bangsa Maya yang juga terletak di Chichen Itza sering disebut-sebut sebagai bangunan piramida kedua yang terkenal setelah Piramida Mesir. Namun berbeda dengan bentuk arsitektur Piramida Mesir, Piramida bangsa Maya bukanlah merupakan piramida berbentuk kerucut , karena pada puncaknya terdapat sebuah bidang datar yang digunakan sebagai tempat ritual mereka. Disekelilingnya, kita dapat menemui empat tangga yang berjumlah sekitar 91 undakan, dan terdapat satu undakan lagi pada bagian paling atas, sehingga total undakan keseluruhan berjumlah 365 undakan. Tinggi bangunan ini mencapai 24 meter, sedangkan area pada puncaknya yang digunakan untuk menaruh persembahan setinggi 6 meter.


Dan bukan menjadi suatu rahasia lagi bahwa Bangsa Maya merupakan sebuah peradaban yang memiliki tingkat pengetahuan Astronomi yang sangat luar biasa. Hal tsb memang tak pernah diragukan lagi oleh para astronom pada saat ini. Jauh sebelum Nicholas Copernicus menyatakan bahwa bentuk bumi bulat serta teori heliosentris yang menyatakan matahari sebagai pusat tata surya, orang Maya sudah mengetahui akan hal itu jauh-jauh hari sebelumnya. observatorium astronomi bangsa Maya juga memiliki bentuk bangunan yang sangat spesifik. Dilihat dari sudut pandang masa kini, secara fungsional maupun bentuk luar observatorium bangsa Maya sangat mirip dengan observatorium masa kini, sebagai contoh misalnya menara pengamat observatorium Kainuoka / El Caracol yang juga terletak di kawasan Chichen Itza, di atas teras yang indah dan sangat besar pada menara tersebut, terdapat undakan kecil bertingkat-tingkat yang menuju ke teras.

El Caracol Observatory Ada beberapa kemiripan dengan observatorium sekarang, juga merupakan sebuah bangunan tingkat rendah yang berbentuk tabung bundar, pada bagian atas terdapat sebuah kubah yang berbentuk setengah bola, kubah ini dalam rancangan observatorium sekarang adalah tempat untuk menjulurkan teropong astronomi. Empat buah pintu di lantai yang rendah tepat mengarah pada 4 posisi. Jendela di tempat itu membentuk 6 jalur hubungan dengan serambi muka, paling sedikit tiga di antaranya berhubungan dengan astronomi. Salah satunya berhubungan dengan musim semi (musim gugur), sedangkan dua lainnya berhubungan dengan aktivitas bulan. Menara pengamat observatorium El Caracol ini adalah peninggalan terbesar dalam sejarah, peninggalan sejarah yang lain juga memiliki bangunan yang serupa. Semuanya dalam posisi yang saling merapat dengan matahari dan bulan. Belakangan ini arkeolog beranggapan bahwa astronom bangsa Maya pada zaman purbakala telah membangun jaringan pengamat astronomi pada setiap wilayahnya.


Hingga saat ini,kita masih bisa menemukan sisa-sisa pengaruh kebudayaan Maya yang masih melekat pada beberapa penduduk di Kawasan Yucatan Peninsula dan sedikit di wilayah bagian Chiapas, bahasa asli suku Maya kuno masih banyak digunakan sebagai dialek sehari-hari mereka dan ditafsirkan empat sampai enam juta orang penduduk disekitar Yucatan masih menggunakan bahasa tsb. Hal tsb juga berlaku pada tradisi Bangsa Maya Kuno, masyarakat di Yucatan masih meneruskan banyak tradisi masyarakat Maya kuno seperti menanam tanaman pangan tradisonal mereka (jagung, buncis, cabai, tomat dan labu) dengan teknik yang sama, dan memilih menggunakan tanaman herbal sebagai obat-obatan mereka. Sekitar 550 M, Orang Maya berhasil menyelesaikan pembangunan dua buah Chichen (mulut sumur). Sumur pertama merupakan bagian yang dikeramatkan oleh mereka sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk penggunaan sehari-hari. Chichen Itza, seperti kebanyakan pusat Maya lainnya, merupakan pusat aktivitas rohani mereka.Ritual-ritual persembahan yang ditujukan kepada para Dewa banyak dilakukan disini. Sejarah mengatakan bahwa kawasan Chichen Itza ditinggalkan oleh orang Maya disekitar 900 M, ini berbarengan dengan periode dimana 80 % Bangsa Maya dikatakan mengilang secara misterius. Hingga saat ini belum ada sebuah penjelasan yang bisa menjawab misteri menghilangnya populasi peradaban ini.

Letusan Krakatau di Mata Pribumi

Orang banyak nyatalah tentu, Bilangan lebih daripada seribu, Mati sekalian orangnya itu, Ditimpa lumpur, api, dan abu.

Pulau Sebuku dikata orang, Ada seribu lebih dan kurang, Orangnya habis nyatalah terang, Tiadalah hidup barang seorang.

Rupanya mayat tidak dikatakan, Hamba melihat rasanya pingsan, Apalah lagi yang punya badan, Harapkan rahmat Allah balaskan.


Halaman penutup Syair Lampung Karam, yang ditulis Muhammad Saleh, tentang kesaksian meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Letusan gunung tersebut menimbulkan tsunami dan gelombang laut setinggi 40 meter, serta mengakibatkan setidaknya 36.000 orang tewas.


Berita ditemukannya satu-satunya sumber pribumi tertulis yang memuat kesaksian mengenai letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883 mengejutkan banyak orang. Dalam tempo 48 jam, berita yang dimuat pertama kali di Kompas online (www.kompas.com) itu diunduh sekitar 14.000 orang dari berbagai belahan dunia. Kemudian berita itu dikutip berbagai media.

Menariknya, tidak hanya ditemukan 125 tahun setelah gunung tersebut meletus, tetapi ditemukan terpisah-pisah dalam bentuk naskah kuno yang tersimpan di enam negara, yakni Inggris, Belanda, Jerman, Rusia, Malaysia, dan Indonesia.

Adalah ahli filologi dan dosen/peneliti di Leiden University, Suryadi, yang mengungkapkan semua itu setelah melakukan penelitian komprehensif selama lebih kurang dua tahun. Setelah ia alih aksarakan naskah kuno tersebut, ternyata catatan saksi mata dalam bentuk syair itu mengungkapkan banyak hal secara humanis, bagai laporan seorang jurnalis.

”Laporan orang asing yang selama ini ada tentang letusan Gunung Krakatau tahun 1883 itu lebih menekankan aspek geologisnya. Letusan itu menewaskan lebih dari 36.000 orang. Adapun laporan Muhammad Saleh lebih pada aspek humanis, kemanusiaan, akibat letusan itu,” kata Suryadi yang sebelumnya juga menemukan bagian sejarah Dinasti Kerajaan Gowa yang hilang.

Kesaksian langka

Jauh sebelum peneliti asing menulis tentang meletusnya Gunung Krakatau (Krakatoa, Carcata) tanggal 26, 27, dan 28 Agustus 1883, seorang pribumi telah menuliskan kesaksian yang amat langka dan menarik, tiga bulan pascameletusnya Krakatau, melalui Syair Lampung Karam yang tiga bait di antaranya telah dikutipkan di atas.

Menurut Suryadi, kajian-kajian ilmiah dan bibliografi mengenai Krakatau hampir-hampir luput mencantumkan satu-satunya sumber pribumi tertulis yang mencatat kesaksian mengenai letusan Krakatau pada tahun 1883 itu. ”Dua tahun penelitian saya menemukan satu-satunya kesaksian pribumi dalam bentuk tertulis,” katanya.

Sebelum meletus tanggal 26, 27, dan 28 Agustus 1883, Gunung Krakatau telah batuk-batuk sejak 20 Mei 1883. Letusan dahsyat Krakatau menimbulkan awan panas setinggi 70 kilometer, tsunami setinggi 40 meter, dan menewaskan sekitar 36.000 orang.

Sebelum meletus pada 1883 Gunung Krakatau di Selat Sunda pernah meletus sekitar tahun 1680. Letusan itu memunculkan tiga pulau yang saling berdekatan, Pulau Sertung, Pulau Rakata Kecil, dan Pulau Rakata.

Suryadi menjelaskan, selama ini yang menjadi bacaan tentang letusan Gunung Krakatau adalah laporan penelitian lengkap GJ Symons dkk, The Eruption of Krakatoa and Subsequent Phenomena: Report of the Krakatoa Committee of the Royal Society (London, 1888).

Adapun sumber tertulis pribumi terbit di Singapura dalam bentuk cetak batu (litography) tahun 1883/1884. Kolofonnya mencatat 1301 H (November 1883-Oktober 1884). Edisi pertama ini berjudul Syair Negeri Lampung yang Dinaiki oleh Air dan Hujan Abu (42 halaman).

”Tak lama kemudian muncul edisi kedua syair ini dengan judul Inilah Syair Lampung Dinaiki Air Laut (42 halaman). Edisi kedua ini juga diterbitkan di Singapura pada 2 Safar 1302 H (21 November 1884),” paparnya.

Edisi ketiga berjudul Syair Lampung dan Anyer dan Tanjung Karang Naik Air Laut (49 halaman) yang diterbitkan oleh Haji Said. Edisi ketiga ini juga diterbitkan di Singapura, bertarikh 27 Rabiulawal 1301 H (3 Januari 1886). Dalam beberapa iklan, edisi ketiga ini disebut Syair Negeri Anyer Tenggelam.

”Edisi keempat syair ini, edisi terakhir sejauh yang saya ketahui, berjudul Inilah Syair Lampung Karam Adanya (36 halaman). Edisi keempat ini juga diterbitkan di Singapura, bertarikh 10 Safar 1306 Hijriah (16 Oktober 1888),” ungkap Suryadi, yang puluhan hasil penelitiannya telah dimuat di berbagai jurnal internasional.

Terdapat variasi

Menurut Suryadi, khusus teks keempat edisi syair itu ditulis dalam bahasa Melayu dan memakai aksara Arab-Melayu (Jawi). Dari perbandingan teks yang ia lakukan terdapat variasi yang cukup signifikan antara masing-masing edisi. Ini mengindikasikan pengaruh kelisanan yang masih kuat dalam tradisi keberaksaraan yang mulai tumbuh di Nusantara pada paruh kedua abad ke-19.

Suryadi yang berhasil mengidentifikasi tempat penyimpanan eksemplar seluruh edisi Syair Lampung Karam yang masih ada di dunia sampai saat ini menyebutkan, Syair Lampung Karam ditulis Muhammad Saleh. Ia mengaku menulis syair itu di Kampung Bangkahulu (kemudian bernama Bencoolen Street) di Singapura.

”Muhammad Saleh mengaku berada di Tanjung Karang ketika letusan Krakatau terjadi dan menyaksikan akibat bencana alam yang hebat itu dengan mata kepalanya sendiri. Sangat mungkin si penulis syair itu adalah seorang korban letusan Krakatau yang pergi mengungsi ke Singapura dan membawa kenangan menakutkan tentang bencana alam yang mahadahsyat itu,” katanya.

Revitalisasi

Suryadi berpendapat, Syair Lampung Karam dapat dikategorikan sebagai ”syair kewartawanan” karena lebih kuat menonjolkan nuansa jurnalistik. Dalam Syair Lampung Karam yang panjangnya 38 halaman dan 374 bait itu, Muhammad Saleh secara dramatis menggambarkan bencana hebat yang menyusul letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Ia menceritakan kehancuran desa-desa dan kematian massal akibat letusan itu. Daerah-daerah seperti Bumi, Kitambang, Talang, Kupang, Lampasing, Umbulbatu, Benawang, Badak, Limau, Lutung, Gunung Basa, Gunung Sari, Minanga, Kuala, Rajabasa, Tanjung Karang, juga Pulau Sebesi, Sebuku, dan Merak luluh lantak dilanda tsunami, lumpur, serta hujan abu dan batu.

Pengarang menceritakan betapa dalam keadaan yang memilukan dan kacau-balau itu orang masih mau saling menolong satu sama lain. Namun, tak sedikit pula yang mengambil kesempatan untuk memperkaya diri sendiri dengan mengambil harta benda dan uang orang lain yang ditimpa musibah.

Selain menelusuri edisi-edisi terbitan Syair Lampung Karam yang masih tersisa di dunia sampai sekarang, penelitian Suryadi juga menyajikan transliterasi (alih aksara) teks syair ini dalam aksara Latin.

”Saya berharap Syair Lampung Karam dapat dibaca oleh pembaca masa kini yang tidak bisa lagi membaca aksara Arab-Melayu (Jawi). Lebih jauh, saya ingin juga membandingkan pandangan penulis pribumi (satu-satunya itu) dengan penulis asing (Belanda/Eropa) terhadap letusan Gunung Krakatau,” tutur Suryadi.

Peneliti dan dosen Leiden University ini menambahkan, teks syair ini bisa direvitalisasi untuk berbagai kepentingan, misalnya di bidang akademik, budaya, dan pariwisata. Salah satunya adalah kemungkinan untuk mengemaskinikan teks Syair Lampung Karam itu dalam rangka agenda tahunan Festival Krakatau. Juga dapat direvitalisasi dan diperkenalkan untuk memperkaya dimensi kesejarahan dan penggalian khazanah budaya dan sastra daerah Lampung.