Apakah Teknologi Sedang Mengubah Pikiran Kita?



http://www.erabaru.or.id/images/stories/otak_manusia-.jpg


Ilmuwan Amerika menyatakan bahwa banyak waktu yang dihabiskan oleh kaum muda sekarang di Internet dan game, kebiasaan ini secara bertahap sedang mengubah model belajar, membaca dan kebersamaan dengan orang lain, ilmuwan di berbagai negara mengeluarkan sebuah peringatan sama: komputer semakin maju, otak manusia semakin degradasi, dan fenomena ini dalam kehidupan sehari-hari semakin serius. (Norbert MILLAUER/AFP/Getty Images)

Dalam kehidupan modern sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi telah menyusup ke mana-mana, tidak hanya dalam aspek kehidupan, tetapi juga telah berkembang sampai ke pendidikan, bidang spirit dan hiburan. Sebagian besar anak-anak sejak usia dini, dalam semua aspek kehidupan, pendidikan dan hiburan telah menyatu erat dengan teknologi dan komputer. Ketergantungan manusia terhadap komputer sudah melebihi batas, masalah ini telah menjadi kekhawatiran besar di berbagai ruang lingkup.

Tenaga medis di Jepang melakukan pengujian kecerdasan terhadap 150 pemuda berusia antara 20-35 tahun yang sering menggunakan komputer, mereka menemukan lebih dari 10% memori mereka telah mengalami kemunduran serius, bahkan ada yang sudah tidak dapat mengingat nama-nama teman dan janji pertemuannya yang telah dibuatnya.

Profesor psikiatri dari Amerika, Gary Small menyatakan bahwa setiap hari berhubungan dengan sejumlah besar internet, ponsel dan produk teknologi lainnya, akan merubah cara kerja otak manusia. Bila penggunaan produk teknologi lebih dari waktu untuk kebersamaan dengan orang lain, ekspresi wajah dalam mengidentifikasi orang dan fungsi otak lainnya juga akan mengalami kemunduran. Dengan cara ini orang akan menjadi semakin aneh dan menyendiri, dan kehilangan minat belajar terhadap cara tradisional.

Para Dokter mengatakan masalah ini terjadi terutama karena dalam era komputer ini orang-orang secara berlebihan mengandalkan produk elektronik untuk membantu mengingat sesuatu, jarang sekali menggunakan otak mereka sendiri untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari dan masalah-masalah yang ditemui dalam kehidupan. Penggunaan internet dalam jangka waktu panjang membuat interaktif dan kebersamaan antar sesama manusia mengalami penurunan. Para ilmuwan dari Jepang, Inggris dan Amerika Serikat, telah mengeluarkan peringatan yang sama kepada dunia: komputer semakin maju, otak manusia semakin degradasi, dan fenomena ini dalam kehidupan sehari-hari semakin serius.

“Digital Natives” Berdampak Terhadap Interaksi Antar Manusia

Yang paling terpengaruhi adalah kaum muda modern sekarang yang kita sebut sebagai “digital natives“, yaitu orang-orang yang demi memudahan kehidupannya telah menyatu dan terintegrasi erat dengan produk teknologi sejak periode awal ketika masih kanak-kanak. Profesor Dana Small menyatakan adalah sangat penting untuk membantu kaum muda meningkatkan ke-trampilan berinteraksi dengan sesama.

John Rowe seorang penggemar internet berumur 19 tahun yang tinggal di Pasadena, California, Amerika Serikat, pada masa lalu ia rata-rata sehari menghabiskan waktu 6-12 jam bercokol dalam messenger, internet, forum diskusi dan online game.

Setelah Rowe mendengar rekomendasi dari Profesor Dana Small mengatakan “Jika saya tidak sering menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman, dalam hal hubungan antar pribadi pasti tidak akan bisa berurusan dengan mereka begitu harmonis seperti sekarang ini. Anda tidak memiliki teman dalam kenyataannya kehidupan ini, tidak dapat berinteraksi dengan mereka. “Dia merasa dalam seminggu bisa tiga atau empat ke luar bersama teman, itu sangat baik.

Apakah Era Google Adalah Baik atau Mencemaskan?

Orang-orang di masa lalu bila mau mendapatkan informasi yang diinginkan, harus banyak membaca. Sekarang karena kenyamanan mesin pencari di internet, orang orang akan dengan cepat menemukan informasi yang relevan, dan mengurangi sejumlah besar waktu untuk membaca. Profesor Tara Brabazon dari University of Brighton, mudah mendapatkan informasi bukan saja membuat rasa ingin tahu siswa jadi tumpul, yang lebih dikhawatirkan adalah siswa yang sedang belajar ini tidak memiliki kemampuan untuk membedakan ketepatan informasi di internet.

Mantan editor buku-buku Internet terkenal Nicholas Kaldor menuturkan “Sebagai penulis, internet adalah ibarat pusaka tumpah ruah yang jatuh dari langit, di masa lalu mesti menghabiskan beberapa hari melakukan penelitian di dalam tumpukan buku, sekarang hanya beberapa menit sudah selesai. Bagi saya, internet sedang berubah menjadi jutaan media, seperti sebuah jalur, melaluinya informasi mengalir melalui mata, telinga dan masukkan ke pikiran saya.”

Walaupun informasi yang kaya telah membawa beberapa kenyamanan tertentu, tetapi tampaknya juga mulai membentuk modus berpikir. Karl mengatakan: “Internet tampaknya telah menghancurkan kemampuan konsentrasi dan berpikir tajam saya di masa lalu. Di masa lalu, saya penyelam laut dalam, dan sekarang tampaknya saya seperti menginjak papan selancar, hanya terbang melewati permukaan laut saja.”

Profesor Bruce Friedman dari Michigan Medical School juga menyinggung: “Sekarang kamauan saya untuk membaca artikel panjang sudah hampir kehilangan sepenuhnya. Pikiran saya telah muncul semacam karakteristik “staccato” (baca sepotong-sepotong). Semua ini berasal dari kebiasaan browsing cepat di internet.”

Menurunkan Kemampuan Belajar

Sejak 2000 tahun yang lalu, filsuf Yunani kuno Socrates telah memperingatkan metode belajar tradisional dengan lisan yang telah diganti dengan metode belajar dengan tulisan. Socrates menganggap dibandingkan dengan cara tradisional belajar secara lisan, cara belajar dengan tulisan lebih dangkal. Sampai belakangan, popularitas televisi dan internet semakin membuat masyarakat merasa khawatir terhadap perubahan besar dalam pendekatan cara belajar, khawatir anak-anak di bawah informasi yang tidak baik akan berubah menjadi lebih ganas, pasif, dan mempeng-aruhi pelajaran mereka.

Armstrong seorang pendidik terkenal di Kanada, dalam sebuah bukunya “Anak-anak dan komputer” menunjukkan kelemahan dari mengajar dengan komputer. Ketergantungan anak-anak pada mesin secara serius telah menghambat perkembangan inteligensia anak-anak. Sebuah studi Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa siswa SD yang semakin bergantung pada komputer, kemampuan aritmatika mereka juga semakin melemah.”

Dalam sebuah buku karya Maryanne Wolf dengan judul “Proust and the Squid: The Story and Science of the Reading Brain” ia berkata: “Biasanya ketika anak-anak sedang belajar membaca otak akan berkembang secara perlahan-lahan, itu baru bisa menerima tingkat lebih kompleks. Dan analisis dengan membaca akan menghabiskan waktu banyak untuk memahaminya secara mendalam baru dapat mempelajarinya dengan mantap. Tetapi yang ditekankan dalam jaringan internet adalah kecepatan, bagaimana mengumpulkan informasi dengan cepat, oleh sebab itu hanya dapat memahami pengetahuan dari permukaannya saja.”

Maryanne mengungkapkan, jika anak-anak sejak usia kecil sudah terus menerus menggunakan internet untuk memperoleh pengetahuan, sangat mungkin akan mempengaruhi kemampuan berpikir anak-anak setelah membaca. Dia juga mengatakan bahwa semua masalah ini perlu kita diskusikan secara mendalam. Dalam era digital ini, yang diperlukan anak-anak adalah pendidik-an yang lebih tepat untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami pengetahuan.

Jangan Biarkan Komputer Menggantikan Pikiran Anda

Google baru-baru ini mengumumkan bahwa tujuan mereka adalah untuk meng-organisir informasi dari seluruh dunia dan membuatnya tersedia di mana-mana. Melalui mesin pencari internet yang cepat, memang dapat dengan cepat memperoleh informasi yang diinginkan. Namun, apakah hal ini sungguh bermanfaat terhadap perkembangan otak?

Karl mengatakan “Selama beberapa tahun terakhir, saya mulai merasa ada sesuatu yang tidak menyenangkan, saya merasakan ada orang tertentu, atau ada benda tertentu selalu dalam otak saya mengacau tiada hentinya, buatlah kembali “gambar komputer saya”, atau tulislah kembali otak memori. Dia dalam”apakah Google membuat saya semakin lama semakin bodoh” menuliskan, saya sudah tidak menggunakan metode dulu untuk berpikir lagi.

Dia memperhatikan, bahwa dulu ketika membaca sebuah buku atau satu artikel panjang, tidak perlu mencurahkan tenaga sudah bisa fokus ke salah satu ceritanya. Sekarang sering kali membaca dua atau tiga kali, perhatiannya pada menghilang.

Wolf percaya bahwa membaca bukanlah keterampilan yang diperoleh manusia sejak lahir, tidak seperti berbicara itu adalah gen kami. Harus melatih otak kita sendiri, baru dapat menginterpretasikan karakter yang kita lihat secara utuh dan dibaca menjadi bahasa yang bisa kita pahami. Tetapi bila kita selalu membandingkan efisiensi dan meletakkannya di atas semua, ada kemungkinan akan mengurangi kemampuan kita membacanya secara mendalam. Semangat pemikiran yang kaya serta kemampuan memahami artikel yang terbentuk dalam pembacaan mendalam seperti itu, dalam cakupan yang sangat besar telah hilang.

Banyak ahli percaya bahwa internet tidak hanya mengubah cara manusia untuk membaca, tetapi juga cara berpikir, bahkan egonya. Carl akhirnya berkata: “Saya merasa. Ketika kita bergantung pada komputer sebagai media memahami dunia, ia akan menjadi pikiran kita sendiri.”

Walaupun dampak jaringan komputer terhadap otak masih memiliki suatu tahap lagi untuk dikaji, ada juga studi yang mengatakan menggunakan jaringan internet berpengaruh terhadap pengoperasian pikiran kita. Tetapi yang dapat kita tentukan adalah, bersamaan dalam menikmati kenyamanan yang dapat diperoleh, jangan biarkan jaringan komputer internet menggantikan kemampuan berpikir diri sendiri. Komputer yang terbaik pun, itu juga hanya dapat menjadi alat bantu, gunakan secara tepat, jangan terlalu tergantung, diri kita baru tidak tersesat dalam ruang internet.