Nikmati Tamasya ke Luar Angkasa dengan Naik Lift



LONDON - Tamasya ke luar angkasa naik lift, mungkin terdengar seperti khayalan yang sulit dijangkau akal sehat. Sekalipun terjadi itupun hanya terdapat dalam novel fiksi seperti karya Arthur C Clarke, The Fountain of Paradise atau The Web Between The Worlds karya Charles Sheffields.

Namun, mimpi tersebut sepertinya akan menjadi kenyataan seiring kemajuan teknologi yang begitu pesat di masa mendatang.

Seperti dikutip CNN, seluruh ahli luar angkasa dunia sedang berencana mewujudkan konsep yang dinamakan 'Space Elevator'. Pengembangan konsep lift luar angkasa itu akan dibicarakan pada pertemuan ilmuwan seluruh dunia dalam pertemuan yang digagas Japan Space Elevator Association di Jepang, November mendatang. Pertemuan itu dijadwalkan membahas pengembangan desain lift dengan ratusan hingga ribuan lantai.

Rancangan 'space elevator' menggunakan ribuan kilometer kabel untuk menggapai jarak antara bumi ke luar angkasa. Alat tersebut nantinya, akan menggunakan pendekatan berbagai disiplin ilmu, terutama ilmu fisika. Teori-teori fisika akan menentukan kecepatan lift dan posisi lift di orbit stasiun bumi.

Para ilmuwan berharap, lift tersebut mampu membawa manusia atau benda keluar angkasa. Teknologi yang ada sekarang kebanyakan menggunakan tenaga nuklir untuk keperluan pesawat luar angkasa, dengan adanya 'space elevator' maka penggunaan tenaga nuklir dapat dikurangi.

Juru bicara Japan Space Elevator Association, Akira Tsuchida mengatakan, organisasinya telah bekerjasama dengan Spaceward Foundation dan organisasi luar angkasa Eropa yang berbasis di Luxembourg untuk mengembangkan desain lift.

"Saat ini kami sedang membuat nano-karbon kabel yang memiliki kekuatan 180 kali lebih dari kabel yang terbuat dari kawat, kami berharap kabel tersebut dapat terwujud pada tahun 2020 atau 2030," ujar Tsuchida. Selain itu, Tsuchida mengatakan, lift tersebut akan ditempatkan di uji coba di beberapa tempat seperti, laut cina selatan, dan kepulauan Galapagos di kawasan samudera pasifik.

Namun, Tsuchida mengatakan masih banyak kendala untuk mewujudkan terobosan baru teknologi tersebut dan diperlukan kerjasama seluruh masyarakat dunia.