NASA
Mars dan Bumi.
WINA. Beberapa ilmuwan Austria mendapati bahwa 13.000 tahun sampai 19.000 tahun lalu, tak ada musim panas "yang sesungguhnya" di Bumi!
Takala itu, temperatur rata-rata pada musim panas rendah dan sangat mudah bergolak.
Kerstin Huber, ilmuwan di Institute for Limnology, Austrian Academy of Sciences, menyatakan dalam laporan akademis paling akhirnya bahwa, menurut analisis sisa ganggang dan tepung sari dari endapan di Danau Lange, Carinthia, Austria, tak ada musim panas di daerah tersebut saat itu, dan rangkaian fluktuasi mencapai hampir 8 derajat Celsius.
Menurut laporan tersebut, setelah berakhirnya zaman Es sekitar 20.000 tahun lalu, temperatur di Bumi menjadi kian hangat. Sekitar 17.000 tahun lalu, Bumi mengalami gelombang dingin yang drastis yang berlangsung selama hampir 2.500 tahun. Sampai 14.500 tahun lalu, temperatur naik lagi.
Saat itu, di daerah Danau Lange, "temperatur rata-rata air pada musim panas memiliki perubahan cepat. Pada masa suhu hangat, temperatur mencapai 18 derajat Celsius, sementara pada masa dingin, temperatur hanya mencapai 10 derajat Celsius. Temperatur atmosfir di wilayah tersebut juga memperlihatkan kondisi turun-naik yang sama".
Saat iklim berubah, kondisi itu akan secara langsung mempengaruhi berbagai jenis tanaman yang tumbuh, seperti belukar, sementara rumput dan ganggang dapat bertahan hidup pada kondisi temperatur rendah, sedangkan pepohonan dan tanaman lain hanya cocok buat cuaca yang lebih hangat.
Itu sangat mirip dengan lingkaran pohon, endapan tersebut bercampur dengan serbuk sari ganggang dan tanaman terestrial telah bertumpuk dari hari ke hari di dasar danau, yang juga menyimpan keterangan mengenai iklim.
Oleh karena itu, dengan menganalisis endapan ganggang dan serbuk sari dari bermacam jaman di dasar danau, akan dapat dipahami kondisi iklim saat itu dengan mengidentifikasi jenis tanaman di sana.
Beberapa ilmuwan Austria mengumpulkan inti endapan dari kedalaman 3,4 sampai 4,4 meter di dasar Danau Lange, yang sejalan dengan usia 19.000 sampai 13.000 tahun lalu. Dengan menganalisis jenis ganggang dan serbuk sari pada inti endapan, mereka menyimpulkan bahwa temperatur planet ini saat itu rendah dan mudah berubah.
Dengan laporan itu, Hubert menempati posisi pertama dalam kompetisi "ilmuwan menulis siaran pers 2009", yang diselenggarakan oleh perhimpunan "rekayasa dialog-genetika" melalui kerja sama dengan Austrian Press Agency (APA).