Banyak klaim dari kalangan ahli purbakala tentang wajah Sang Ratu, namun klaim Sally Ann Ashton, ahli purbakala tentang Mesir, dianggap paling realistis dari semua. Ia melakukan penelitian dengan tekun selama 1 tahun lebih pada artifacts kuno dan benda kuno lainnya yang berkaitan dengan kehidupan Cleopatra. Hasilnya dituangkan pada computer 3D yang menghasilkan gambar paling mendekati tentang wajah Cleopatra yang hidup 2000 tahun lalu.
Hasilnya, gambar seorang wanita cantik dengan wajah etnik campuran yang jelas sangat berbeda dengan versi kebarat-baratan seperti Elisabeth Taylor yang menjadi Cleopatra dalam film tahun 1961. "Penelitian itu menghasilkan gambar seorang wanita dengan kecantikan yang sangat menonjol, kecantikan dengan raut mix etnik," kata Dr Sally Ann Ashton dari Cambridge University.
Diperkirakan wajahnya merupakan campuran Yunani-Mesir. Bisa jadi pada Cleopatra mengalir sedikit darah Barat (Yunani). Namun keluarga Cleopatra sendiri telah turun temurun tinggal di Mesir selama 300 tahun sampai akhirnya dia berkuasa (menjadi ratu mesir). Dari berbagai cerita dikisahkan kecantikan Cleopatra kesohor ke seluruh dunia. Ia juga dikenal ‘ahli' memperdayai lawan jenisnya. Tak kurang dari Kaisar Roma, Julius Caesar, bertekuk lutut di hadapannya.
Gambar Cleopatra versi Sally Ann Ashton sangat kontras berbeda dengan yang telah ada selama ini, bahkan yang muncul pada coin perak yang dipamerkan di museum Sefton, Newcastle University beberapa waktu lalu. Cleopatra di sana digambarkan sebagai wanita berdahi pendek, dagu runcing, bibir tipis dan hidung betet. Sementara kekasihnya, Jendral Roma, Mark Anthony lebih kecil, matanya menonjol dengan leher tebal. Namun tampilan gambar Ratu seperti itu menjadi perdebatan di kalangan akademis.
Sementara patung Cleopatra yang dipamerkan di Museum Inggris pada 2001 menunjukkan Ratu Mesir itu tingginya tidak lebih 5 feet (152 cm) dan bertubuh agak montok. Lahir di Alexandra pada tahun 69 SM ( Sebelum Masehi) saat dinasti Yunani-Makedonia menguasai Mesir selama tiga abad. ***
Patung cleopatra yang dipamerkan di museum Inggris 2001, tampil bugil tingginya hanya 152 cm
STORY OF CLEOPATRA
Moyang Cleopatra, Dinasti Ptolemy memerintah Mesir pasca wafatnya Alexander Agung, Kaisar Makedonia. Cleopatra anak ketiga dari Raja Mesir Auletes yang bergelar Ptolemy XII. Raja ini terkenal dengan sebutan The Flute Player. Untuk mendapatkan dukungan dalam memegang tampuk pemerintahannya, Ptolemy harus sering mondar-mandir ke Roma.
Pemerintah Romawi adalah lintah darat kala itu, hingga mereka minta bayaran 10.000 talen sebagai imbalan jasa. Jumlah itu dua kali lipat APBN Mesir. Ptolemy memang tak punya banyak pilihan. Apalagi negeri yang ditinggalkan sedang menghadapi banyak masalah.
Si sulung Tryphaena, merebut kekuasaan dan tampil jadi ratu. Merasa memiliki hak yang sama, Berenice sang adik, tega membunuh kakaknya agar bisa naik takhta. Beberapa waktu kemudian, Ptolemy pulang dan dengan bantuan Romawi membunuh anaknya sendiri untuk dapat merebut kembali tampuk kekuasaan.
Mestinya, sepeninggal Ptolemy XII tahun 51 SM, kerajaan diwariskan kepada Cleopatra (18) yang saat itu sudah dijodohkan dengan Ptolemy XIII , saudaranya sendiri (sesuai dengan UU Mesir kala itu). Masa itu negeri Mesir gagal panen dan dilanda paceklik panjang. Namun Pothinus, orang kasim istana, muncul mengambil alih kekuasaan. Mengaku sebagai wali dari Ptolemy XIII yang kala itu baru 12 tahun, ia mengusir Cleopatra ke luar benteng kraton.
Pada waktu yang sama, di Roma sedang terjadi perebutan pengaruh di antara anggota triumvirat - Caesar, Pompei, dan Crassus - untuk memegang tampuk pemerintahan. Dalam pergolakan itu, Caesar berhasil memukul mundur prajurit Pompei yang kemudian mengungsi ke Mesir.
Situasi ini dengan cerdik dimanfaatkan Cleopatra. Tak sulit baginya bersekutu dengan Caesar. Plutarch melukiskan betapa kreatif dan uniknya Cleo yang sengaja membungkus tubuhnya dengan selimut, untuk menjaga kerahasiaan pertemuannya dengan Caesar. Akhirnya, Cleopatra memperoleh kembali takhta kerajaan dan Mesir tidak perlu bayar utang kepada Roma.
Dengan pengaruhnya itu pula ia "memakai" Caesar untuk menumpas pemberontakan sekelompok prajurit Mesir yang tidak puas dengan pemerintahannya. Sejarah mencatat, perang saudara ini sempat membumihanguskan perpustakaan negara di Alexandria dan melahirkan misteri tewasnya Ptolemy XIII di Sungai Nil.
Cleopatra memperoleh anak dari hubungannya dengan Caesar yang diberi nama Ptolemy Caesar, dipanggilnya Caesarion. Ia membawa anak itu ke Romawi tahun 46 SM. Hingga akhirnya dia kembali ke Mesir dengan menelan kekecewaan ketika Caesar tidak memilih Caesarion sebagai pewaris takhta, tetapi memutuskan Octavian, cucu laki-laki saudaranya. Putus sudah harapan Cleo menancapkan pengaruhnya di Romawi. Dalam keputusasaan ia pulang ke Mesir.
Sesudah Caesar dibunuh dia pun merayu Jendral Roma, Mark Antony, salah satu jenderal paling berpengaruh di Roma. Rayuan berhasil, Mark Antony menikahi Cleopatra meski sebenarnya ia telah memiliki istri Octavia Minor. Dari pernikahan itu lahir anak bernama Ptolemeus Philadelphusaa yang kemudian menjadi penguasa Phoenicia, Suriah, dan Sisilia. Cleopatra mendapat gelar "Ratu atas Raja".
Sikap Anthony dipandang buruk oleh Romawi dan Octavian meyakinkan senat untuk berperang dengan Mesir. Pada tahun 31 SM, pasukan Anthony menghadapi serangan armada Romawi di pantai Actium. Mesir kocar kacir, Antony melakukan aksi bunuh diri dengan menusukan pedangnya pada tanggal 12 Agustus 30 SM. Cleopatra pun menyusul, bunuh diri juga.
Ada beberapa versi dari kisah bunuh diri Cleopatra. Ada yang menyebut dia sengaja memasukkan tangannya ke keranjang berisi ular cobra berbisa agar dipatuk, tapi ada juga yang menyebut ular cobra itu mematuk payudaranya. Entah mana yang benar.
Dari berbagai cerita dikisahkan kecantikan Cleopatra kesohor ke seluruh dunia. Ia juga dikenal ‘ahli' memperdayai lawan jenisnya. Tak kurang dari Kaisar Roma, Julius Caesar, bertekuk lutut di hadapannya.