Di
kereta api dan di bus di Jepang Anda akan melihat tanda ini terpasang.
Ini adalah tanda, bahwa kursi ini disediakan khusus bagi orang tua,
wanita hamil, orang yang mendapatkan tantangan fisik (istilah cacat
diganti dengan “phisically challenged”), dan siapa saja yang
membawa anak kecil. Anda boleh duduk di kursi tersebut jika tak ada
orang rentan yang naik. Jika ada orang rentan yang naik, Anda harus
cepat berdiri sebelum ditegur penumpang lain atau supir.
Paling kanan adalah tanda dilarang menggunakan HP. Di kota-kota besar di Jepang banyak commuters,
orang yang tinggal di luar kota dan pada tiap hari kerja bepergian
dengan transpor umum ke kota. Saat pergi atau pulang mereka ingin
istirahat atau tidur di kereta atau di bus. Karena itu, jangan coba-coba
hidupkan HP Anda karena dering HP dan suara Anda berbicara dengan HP
akan mengganggu orang lain.
Ini
adalah tanda bahwa bus ini diperuntukkan khusus bagi wanita pada jam
sibuk di pagi hari. Sampai dengan jam 9.30 pagi hanya wanita yang
diperbolehkan menggunakan bus ini. Faktor pertimbangannya adalah
mencegah pelecehan seksual terhadap kaum wanita ketika orang
bersesak-sesakkan dalam bus.
Amati tanda berwarna pink
yang diinjak bapak ini. Tanda ini menunjukkan bahwa pada jam sibuk
gerbong ini dikhususkan bagi kaum wanita. Petugas berjaga-jaga di depan
pintu gerbong untuk menghalangi kaum pria yang terburu-buru mengejar
kereta tanpa memperhatikan rambu-rambu petunjuk di lantai.
Bus
dan gerbong khusus yang terpisah bagi kaum wanita dan kaum pria setahu
saya mulai diberlakukan pada kota-kota tertentu di Jepang pada tahun
2002. Kebijakan ini diambil berdasarkan survei terhadap keluhan kaum
wanita tentang frekuensi pelecehan seksual yang dialami wanita pada
jam-jam sibuk di kereta dan di bus. Sekitar tahun 2006 – 2007 kebijakan
ini berlaku hampir di semua kota besar di Jepang.
Amatilah
gambar kursi roda pada bagian atas paling kanan bus ini! Bus-bus di
Jepang amat menghargai kaum yang menderita, orang-orang yang rentan.
Amatilah
foto di atas! Betapa rendahnya pintu masuk ke dalam bus, tidak seperti
bus-bus kota di Indonesia yang pintunya tinggi sehingga menyusahkan kaum
perempuan, para lansia, tunanetra, dan anak-anak naik ke dalam bus.
Tinggi batas bawah pintu masuk dan trotoar di halte bus hampir sama
sehingga kita mudah sekali berlangkah masuk ke dalam bus.
Anda
tidak bisa seenaknya menahan bus di sembanrang tempat. Anda harus
menunggu di halte bus. Di halte pun dipasang pagar sehingga penumpang
terpaksa antri masuk ke dalam bus.
Menunggu
taksi juga sebaiknya di halte khusus untuk taksi. Taksi di Jepang
keren-keren, limousine buatan Amerika Serikat. Pintunya dibuka dan
ditutup secara otomatis. Pemerintah Jepang terpaksa mengimpor mobil
mewah Amerika karena tekanan Amerika akibat serbuan mobil Jepang yang
murah dan hemat bahan bakar di Amerika. Banyak keluarga Jepang membeli
mobil mewah yang mahal buatan Amerika. Namun anehnya, di kota-kota besar
seperti Tokyo dan Kyoto, mobil pribadi ini lebih sering disimpan di
garasi. Mereka malah suka naik sepeda untuk berbelanja dan kepentingan
lain.
Inilah
suasana dalam gerbong kereta bawah tanah di Jepang. Gerbong-gerbong
bekas seperti ini dibeli dan dipakai oleh KRL di Jakarta. Terkadang
tulisan Jepang masih tertempel, lupa dilepaskan. Mengapa ya bangsa ini
masih suka mengimpor barang bekas, bahkan sampai kondom bekas?
Bangsa
Jepang amat disiplin dan tertib. Kereta api terlambat 3 menit saja
mereka sudah gelisah. Di London terlambat 5 – 10 menit penumpang masih
sabar. Waktu naik kereta peluru atau supercepat Shinkanzen dari Tokyo ke
Hiroshima saya perhatikan. Benar-benar tepat waktu. Persis detik ke
sekian sesuai dengan jadwal yang tercantum di stasiun dan di dalam
gerbong, kereta itu bergerak berangkat. Biar kosong, kereta harus
berjalan. Tertawa aku dalam hati, bangsa ini lebih mengabdi waktu
daripada manusia? Tapi itulah Jepang, disiplin baja dan tertib luar
biasa. Banyak orang Eropa dan Amerika Serikat yang berkunjung ke Jepang
mengakui, sistem perkeretapian di Jepang adalah yang terbaik di dunia.
Di
mana-mana saya lihat siswa-siswa Jepang diantar gurunya untuk beranjang
sana. Demikian pun, rombongan yang dipimpin oleh seorang pemandu.
Mereka berbaris tertib dan berjalan seperti kumpulan penguin. Sang
pemandu biasanya mengangkat payung tinggi-tinggi agar dilihat sampai di
baris terbelakang. Secara bergurau, kukatakan kepada teman-teman orang
Jepang. Saya yakin, kalau sang pemandu dengan payungnya masuk ke dalam
laut, orang Jepang akan setia tercebur sama-sama ke dalam laut. Ha ha
ha.