Makhluk-makhluk liar yang hidup di pedalaman hutan Amazon tak membutuhkan seks untuk kelangsungan hidupnya. Bahkan, pejantan pun tak berguna.
Contohnya saja koloni semut spesies Mycocepurus smithii. Semua anggota koloni semut ini dipastikan betina dan tak satu pun yang jantan.
Setelah dipelajari, mereka tetap bertahan hidup karena sang ratu semut memiliki kemampuan mengkloning diri. Sifat DNA setiap semut identik dengan DNA ratunya.
“Dalam dunia serangga sosial, banyak tipe reproduksi. Namun, spesies ini mengembangkan cara yang tidak biasa,” ujar Anna Himler, biolog Universitas Arizona yang melaporkan hasil temuannya itu dalam Proceedings of the Royal Society B.
Ia mengatakan, reproduksi aseksual untuk menghasilkan hewan berjenis kelamin jantan pada beberapa jenis serangga memang terjadi. Namun, reproduksi aseksual yang menghasilkan betina belum pernah ada pada semut.
Para peneliti belum tahu mengapa semut ini mengubah cara reproduksinya dan sejak kapan melakukannya. Faktanya, koloni semut itu hidup di hamparan jamur yang juga melakukan reproduksi aseksual.
Dari kode genetikanya, semut tersebut diperkirakan telah hidup di “hutan jamur” sejak 80 juta tahun lalu. Bahkan, akibat tak lagi melakukan hubungan seksual, setiap individu sudah tak mungkin melakukannya karena alat reproduksi yang disebut organ mussel telah mengalami degradasi.
Ada keuntungan dan kerugian melakukan reproduksi kloning. Tingkat kesuksesan perkembangbiakan dari generasi ke generasi dapat mencapai 100 persen. Namun, dengan sifat genetika yang seragam, populasi menjadi mudah musnah jika terjangkit penyakit mematikan.