Penelitian terakhir yang dimuat jurnal Nature menyimpulkan bahwa cahaya terang tersebut berasal dari ledakan bintang kembar jenis kerdil putih (white dwarf). Kesimpulan tersebut diperoleh setelah gabungan ilmuwan dari Jerman, Jepang, dan Belanda yang mengamati pantulan cahaya yang dihasilkan setelah bertahun-tahun.
Cerita mengenai peristiwa yang disebut supernova Tycho mulai menyebar pada 11 November 1572. Saat itu Brahe terkejut saat melihat cahaya terang di langit yang diduga sebagai bintang baru yang sangat terang di sekitar rasi bintang Cassiopeia. Namun, cahaya seterang Planet Venus tersebut ternyata hanya bertahan selama dua minggu dan hilang sepenuhnya setelah 16 bulan kemudian.
Karena belum ada teleskop saat itu, Brahe mencatatnya secara detail. Tidak seperti bulan atau planet, posisi obyek bercahaya tersebut tidak begerak relatif terhadap bintang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa cahaya berada jauh di belakang.
Sesaat peristiwa tersebut menjadi pemandangan yang indah karena berada di tempat yang sama. Sejak peristiwa itu, Brahe berkomitmen untuk mempelajari bintang secara lebih intensif dan memulai tradisi astronomi modern.
Cahaya yang dihasilkan ledakan bintang tersebut memang sudah melewati Bumi jauh ratusan tahun lalu. Namun, debu dan gas yang dihasilkannya masih tercecer di luar angkasa sehingga peristiwa tersebut masih bisa dilacak. Penelitian terbaru juga dilakukan berdasarkan analisis terhadap pantulan gelombang yang masih dapat tercatat saat ini.